(Foto: Ist) |
Mojokerto, hapraindonesia.co – Salah satu upaya untuk menggali aspirasi warga adalah dengan dialog, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari. Pada Rabu (24/7) malam Pemerintah Kota Mojokerto melalui Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Mojokerto menggelar Dialog Interaktif 2019.
Pada bulan ini bertajuk Damaran Budaya Bareng Ning Ita bertempat di Rumah Rakyat Kota Mojokerto, Jalan Hayam Wuruk 50 Kota Mojokerto.
Damaran Budaya Bersama Ning Ita menjadi wadah bagi para budayawan, para pemerhati sejarah, dan juga seniman untuk saling berdiskusi demi pemajuan kebudayaan.
Dialog budaya berlangsung menarik dengan membahas tema utama tentang Majapahit dengan sejarawan Mojokerto Ayuhanafiq sebagai moderator dan sejumlah budayawan dan pemerhati budaya. Sebagai narasumber yaitu pemerhati budaya Luluk Sumiarso, Pemred historia.id sekaligus sejarawan Bonnie Triyana, Kepala BPCB Trowulan Andi M Said, serta budayawan Saiful.
Ning Ita menyampaikan, salah satu tujuan digelarnya dialog interaktif tersebut yaitu mampu menjadi media bertukar pikiran, bercengkrama, dan sambung roso (sambung rasa) untuk bersama-sama membangun Kota Mojokerto. Terutama dalam hal pemajuan kebudayaan.
“Semoga dengan hadirnya para pegiat budaya, pemerhati sejarah, dan seniman akan memberikan sebuah damaran atau pencerahan bagi kita semua,” papar Ning Ita.
Menurutnya, pemajuan kebudayaan merupakan implementasi dari UUD 1945. Tepatnya tertuang pada pasal 32 ayat 1 tentang negara memajukan kebudayaan Indonesia di tengah peradaban dunia. Dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya.
Dengan kata lain, kata Ning Ita, dasar negara sejak 1945 lalu sudah memiliki komitmen untuk memajukan kebudayaan nasional. “Maka, tentu kita juga mempunyai kewajiban yang sama. Bagaimana pemerintah daerah ini memajukan kebudayaan di level tingkat daerah,” ujarnya.
Lebih lanjut Ning Ita mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama memajukan kebudayaan di Kota Mojokerto. Dia menjelaskan, sedikitnya ada 10 objek kebudayaan yang bisa digali potensinya. Mulai dari tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, situs, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa permainan rakyat dan olah raga tradisional.
Potensi besar dari Kota Mojokerto tak lain adalah Majapahit. Orang nomor satu di pemkot ini menegaskan, sebelum terbentuk NKRI, bumi Mojokerto merupakan ibu kota dari kerajaan yang pernah dipimpin Raja Hayam Wuruk. Bahkan, saat masa kejayaannya, luasnya melebihi luas nusantara.
“Maka, akan menjadi sebuah kebanggaan bagi kita warga Mojokerto, karena dulu pusat pemerintahan kerajaan di sini. Di kota kita tercinta, Mojokerto,” paparnya.
Ning Ita melanjutkan, pada masa kepemimpinannya saat ini, dengan mengusung tema Spirit of Mojopahit bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat kejayaan Majapahit melalui program-program kerja pemkot. Yaitu, dengan menggali potensi apa yang menjadi warisan leluhur melalui sejumlah event kebudayaan yang digeber sejak Maret lalu.
“Spirit of Mojopahit ini tidak hanya menjadi sebuah slogan belaka. Dalam hal membangkitkan kembali kejayaan Mojopahit di bumi Mojokerto, kita harus bergandengan tangan, bersinergi, dan harus ada harmonisasi dari seluruh elemen masyarakat,” pungkasnya.
(T@urus)