Foto Istimewa |
Pembahasan Raperda APBD TA. 2020 Bidang Kesehatan.
Mojokerto,Hapraindonesia.co – Kegiatan Konsultasi Komisi IV DPRD Kab. Mojokerto ke Kantor Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 14/10/2019. Terkait : Pembahasan Raperda APBD TA. 2020 Bidang Kesehatan.
Pimpinan Rombongan Komisi IV DPRD Kabupaten Mojokerto Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Mojokerto H. Sopi’i, S.P.
Diterima langsung oleh Kepala Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur) drg. MVS. Ina Mahanani, M.Kes. yang didampingi oleh drg. Lili Aprilianti (Kepala Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur)
Kepala Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur) drg. MVS. Ina Mahanani, M.Kes Menjelaskan bahwa Penanganan Stunting di Jawa Timur masih menjadi pekerjaan rumah yg harus diselesaikan Pemerintah Propinsi. Pada Tahun 2019 ini setidaknya ada 12 Kabupaten di Jawa Timur yg harus mendapatkan treatment serius untuk mengentaskan masalah stunting. Sebanyak 12 daerah kabupaten yg masuk dalam treatment penanganan stunting adalah Bangkalan, sampang, pamekasan, sumenep, jember, bondowoso, Probolinggo, Nganjuk, Lamongan, malang, trenggalek dan kediri. Mojokerto kabupaten tidak termasuk dalam treatment stunting.” Jelasnya
Program penanganan stunting ini sinergi dengan program nasional dari Pemerintah Pusat dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan. Di 12 kabupaten di Jatim ini mereka mendapatkan interfensi. Mulai dari penanganan bayi stunting, penyuluhan pada remaja calon ibu dan juga yg memiliki kerurunan stunting. Dan saat ini angka stunting di Jatim masih berkisar antara 26,2 dari angka pemantauan gizi masyarakat dan dihitung dari riset kesehatan dasar.” Ujarnya
Dinkes Provinsi Jawa Timur bersama Kementerian Kesehatan RI juga akan melakukan pendataan kembali status gizi masyarakat utk mengetahui kualitas kesehatan terutama tingkat gizi masyarakat Jawa Timur.
Bahaya stunting penting utk diwaspadai lantaran dampaknya buruk pada anak secara fisik tumbuh kembang tidak seimbang, seperti tingginya dibawah normal atau lebih pendek, kemampuan intelektual rendah dan saat dewasa berpotensi ada gangguan metabolisme. Seperti diabetes dan hipertensi, serta gangguan metabolisme lainnya, dan sejauh ini meski sudah melakukan interfensi namun hasil menurunkan angka stunting tidak bisa dilihat dalam waktu singkat.
Berharap juga terobosan dan interfensi dari daerah juga dilakukan utk membantu penyelesaian masalah yg ada. Dicontohkan di Jatim tidak semua daerah memiliki kasus stunting, maka penanganan intensif tidak bisa disamaratakan disemua daerah. Kebijakan lokal seperti tradisi yg baik dimasyarakat harus tetap dilestarikan utk bisa merubah pola pikir (mindset) masyarakat tentang pentingnya kesehatan.” Harapnya (T@urus/Adv)