Kediri, hapraindonesia.co – Berdasarkan penelitian dan survei langsung oleh Dinas Kesehatan Kota Kediri dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang mengindikasikan banyak jajanan yang dibuat para pedagang kaki lima disekolah yang tidak sehat. Atas dasar survei tersebut Dinkes Kota Kediri sengaja menggelar Workshop Keamanan Pangan dengan mengundang para pedagang, yang bertempat di Lotus Hotel Kediri, Kamis (17/12/2015) siang.
Acara Workshop Keamanan Pangan ini dibuka langsung oleh Ketua Tim Penggeak PKK yang juga Istri Wali Kota Kediri Ferry Silviana Feronica Abdullah Abu Bakar.
Ketika ditemui disela-sela acara workshop Bunda Fey sapaan akrab Ibu walikota kediri menginginkan agar para pedagang yang berjualan jajanan bisa mengubah pola pemikiran dengan menjual makanan sehat, “Saya berharap mereka mau hijrah ke makanan sehat. Segala pengawet dilupakan,” katanya seusai memberikan sambutan.
Bunda Fey juga menambahkan, pemerintah berupaya semaksimal mungkin untuk memfasilitasi agar para pedagang ini mendapatkan ilmu baru, agar para pedagang lebih paham tentang keamanan makanan yang dijual. Terlebih lagi, makanan itu dikonsumsi anak-anak.
“Pola pemikiran harus diubah. Saya berharap, mereka mau hijrah membuat makanan yang sehat. Pemerintah sudah konsentrasi, tapi penjual tidak mau berubah pola pikirnya, ya tidak bisa,” tegas Bunda Fey.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Sentot Imam Suprapto, ketika ditemui di sela-sela kegiatan workshop keamanan pangan tersebut mengatakan banyak anak yang mengonsumsi jajanan berdasarkan kesukaaan, seperti cilok maupun bakso. Jajanan ini juga sering dijual di sekolah-sekolah.
Dari sejumlah penelitian, ternyata kandungan jajanan itu ada yang tidak sehat, misalnya saus yang ternyata mengandung bahan berbahaya seperti Rhodamin B yang sering digunakan untuk pewarna tekstil, maupun bahan berbahaya lainnya.
Sentot menjelaskan, dampak jika mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bahan berbahaya itu tidak akan langsung terlihat. Dampak itu baru terlihat 5-10 tahun mendatang. Mereka bisa terkena beragam penyakit berbahaya.
“Penyakit bisa muncul jika makan makanan yang menggunakan bahan pengawet, misalnya liver, ginjal, sampai saluran pencernaan. Penyakit ini juga tidak langsung muncul, melainkan 5-10 tahun lagi,” paparnya.
Ia mengaku sengaja mengadakan acara ini dengan mengundang para pedagang. Hal itu sebagai bentuk edukasi, terutama bagi para pedagang agar menjual makanan yang sehat dan tidak berbahaya. Edukasi ini juga demi keamanan jangka panjang.
“Ini untuk keamanan jangka panjang, sebab generasi yang mengonsumsi ini mayoritas anak-anak. Jika dibiarkan, nantinya harus menyiapkan anggaran yang lebih tinggi, karena salah konsumsi,” ujarnya. (Advdinkes/*)