Mojokerto,Hapra Indonesia.co – Banyak rumah-sakit yang mengklaim telah memiliki NICU, namun sesungguhnya belum memenuhi standar. Angka kematian dan kejadian neonatal di Kabupaten Mojokerto berkembang hingga saat ini masih tinggi. Meski demikian, unit-unit dan layanan kesehatan, belum bisa berbuat banyak yang disebabkan upaya yang dilakukan selalu terganjal banyak kendala.
Antara lain belum tersedianya infrastruktur dan peralatan yang memadai serta minimnya tenaga medis dengan latar belakang pendidikan khusus Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Penanganan pasien neonatal pada dasarnya tidak bisa disamakan atau disatukan dengan pasien dengan keluhan dan penyakit lain.
Untuk neonatal, pasien harus mendapatkan penanganan dan perlakuan ekstra khusus. Sebab risiko kematiannya sangat tinggi. Meski demikian, beberapa rumah-sakit tetap melakukan perawatan terhadap pasien neo natal, dengan berbagai kekurangan dan keterbatasan. Akibatnya, penanganan yang dilakukan tidak maksimal. Inilah yang menyebabkan angka kematian pasien neonatus tetap tinggi.
DPRD Kabupaten Mojokerto meminta agar dua rumah sakit umum milik Pemkab Mojokerto segera dilengkapi dengan ruang khusus perawatan bayi yakni Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Desakan agar angka kematian bayi yang baru lahir bisa ditekan.
Aini Zuhroh Sekretaris Komisi D DPRD Kabupaten Mojokerto, pada awak media yang mewawancarainya (Sabtu ,19/04) mengatakan, dengan dilengkapi NICU maka angka kematian bayi yang baru lahir bisa ditekan, karena menurut catatan sepanjang tahun 2013 ada 132 bayi meninggal. ” salah satu menyebabkan tingginya angka kematian bayi adalah tidak adanya ruang NICU, untuk itu agar dua RSUD milik Pemkab yakni Mojosari dan Gedeg mau memprioritaskan penyediaannya,” Jelasnya.
Kata Aini, dalam tiga tahun terakhir kematian bayi baru lahir di Kabupaten Mojokerto sangat tinggi, tahun 2011 total ada 201 bayi yang meninggal, 2012 ada 178 bayi, dan tahun 2013 ada 132 bayi.(Taurus )