Mojokerto, HAPRA Indonesia.co – Untuk mensukseskan pemilihan anggota legislatif (Pileg) dan Pilpres (Pilihan Presiden) pada tahun 2014, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Mojokerto berupaya mengikis keberadaan golongan putih (golput) sehingga jumlah pemilih yang ikut mencoblos sesuai apa yang diharapkan.
Berbekal pengalaman saat Pilwali 2013 lalu, maka sejumlah kantong pemilih golongan golput jadi bidikan khusus. Dikantong-kantong dengan tingkat partisipasi pemilih yang rendah ini, KPU akan meningkatkan sosialisasi dengan berbagai metode.
Miftah Amanoe Komisioner KPU Kota Mojokerto mengatakan “Dari 18 kelurahan yang ada, kantong-kantong pemilih di kelurahan Jagalan dan Sentanan, tingkat partisipasi dalam hasil Pilwali Agustus 2013 rendah.
Untuk mensukseskan harapannya tersebut, maka KPU tidak dapat bekerja sendiri. “PPK, PPS dan Relasi (Relawan Demokrasi) adalah mitra KPU untuk peningkatan partisipasi pemilih dalam pileg,” imbuhnya. Tiga elemen inilah yang akan membantu KPU mendongkrak partisipasi pemilih hingga kian menekan angka golput.
“Kalau pada Pilwali 2013, angka partisipasi sebesar 83 persen, pada pileg kita targetkan 85 persen atau 10 persen diatas target nasional (75 persen). Target bisa tercapai, jika kita kompak” ujar Amanoe.
Untuk kantong-kantong kelurahan dengan tingkat partisipasi yang rendah ini, akan kami tingkatkan sosialisasinya,” ujarnya. Amanoe juga beranggapan, terdapat korelasi antara tingginya mobililtas pemilih dengan tingkat partisipasi. Anggapan seperti pada umumnya, golput terjadi karena sosialisasi. ‘Makanya sosialisasi perlu digenjot,” tandasnya.
Sementara secara keseluruhan, kata Amanoe, bentuk sosialisasinya disesuaikan dengan obyek. “Bisa saja sosialisasi dengan berbagai alat peraga yang disesuaikan dengan audiens.
Kalau tidak memungkinkan dengan model dialogis, ya model lain yang lebih mengena, seperti pemasangan spanduk dan baliho sosialisasi, panggung orkes melayu, road show dan lainnya, sehingga kemasan sosialisasi jadi magnet bagi calon pemilih,” tukas Amanoe. (drong/WS)