Kediri, hapraindonesia.co – Dalam Tradisi masyarakat jawa, bulan suro di anggap sebagai bulan yang suci. Sehingga seringkali digunakan untuk melakukan berbagai macam ritual dan laku kebatinan, salah satunya adalah jamasan pusaka.
Jamasan pusaka pada dasarnya adalah upacara pencucian pusaka.Ritual ini menjadi menarik karena sering kali dikaitkan dengan hal-hal mistik, ghaib ataupun klenik seputar pusaka.Apalagi jika yang dijamas pusaka peninggalan kerajaan.
Inilah yang bisa kita lihat pada acara penjamasan Pusaka Kerajaan Kediri yang dilakukan oleh komunitas Garudha Mukha yang dilaksanakan di kediaman Raden Ngabehi Tono Setyono Bimoseno, di jalan Erlangga Kota Kediri, Pada (25/10) dini hari.
Alunan musik gamelan mengiringi prosesi penjamasan pusakan dan renungan menjelang 1 suro yang di adakan oleh komunitas Garuda Mukha, dan sebelum berlangsung acara jamasan pusaka, ratusan masyarakat diajak untuk melakukan ritual kirim doa kepada para leluhur yang dikemas dalam acara selamatan.
Tidak lupa juga dalam prosesi ini sesajen sebagai pelengkap jamasan pusaka menjadi hal yang sangat wajib.Berbagai sesajen di suguhkan dalam prosesi acara ini hingga menambah suasana penjamasan menjadi sesuatu yang kental dengan mistis. (B@m)
Keterangan Gambar : Raden Ngabehi Tono Setyono Bimoseno Saat Memimpin Jamasan pusaka Dikediamannya.