Kediri, hapraindonesia.co –SMAN 1 Papar di bawah pimpinan kasek Tamsyis seolah tidak memperdulikan kondisi anak didiknya yang tidak mampu, bahkan pihak sekolah telah melakukan intimidasi terhadap walimurid.
Kasek Tamsyis yang mantan Kepala Bidang Tk/SD Disdikpora Kabupaten Kediri itu seolah menutup mata dan telinga, akan jeritan wali muridnya. Salah seorang walimurid bernama Kader asal desa srikaton Kecamatan Papar yang di temui oleh Hapra Indonesia di rumahnya berkeluh kesah terkait sikap pihak sekolah yang dianggap arogan. Kader bertutur bahwa dirinya dan anaknya sudah putus asa menghadapi pihak sekolah SMAN 1 papar, pasalnya dirinya yang miskin di paksa untuk membayar lunas proyek sekolahan untuk membeli multimedia.
“saya ingin bertemu dengan pak kasek Tamsyis, tapi tidak bisa bertemu, karena selalu di halang halangi oleh guru di situ dan di arahkan ke bu Pipit guru BK, saya hanya mau minta kebijaksanaan dari Pak Tamsyis” tuturnya. Kader wajar putus asa, pasalnya kader sudah dua kali minta surat keringanan ke sekolahan, namun oleh pihak sekolah tidak di gubris dirinya tetap harus membayar, atau tidak boleh ikut ujian. Pihak desa Sri katonpun tempat kader dan keluarga tinggal, merasa heran , pasalnya sudah dua kali ke desa minta di buatkan surat keterangan tidak mampu, namun tidak di gubris.
Menurut Kader pihak sekolah tidak percaya kalau dirinya orang miskin, “kalau memang pihak sekolah tetap melakukan tarikan ya terpaksa anak saya, saya suruh berhenti saja sekolah, buat makan saja susah, saya hanya buruh tani,,,,rp sehari” ungkapnya. “Silahkan pihak sekolah croscek kerumah saya, agar tahu keadaan kita sekeluarga, rumah saja masih numpang dengan tetangga” harapnya.
Hal senada juga di katakan Paeran walimurid yang lain, parean kepada hapra Indonesia mengeluhkan “tekanan” yang di lakukan oleh pihak sekolah terhadap anaknya, “Saya mau protes tapi tidak berani, karena anak saya di suruh melunasi pungutan itu kalau ingin ikut ujian” Ujarnya.
Sementara itu menurut sumber, ternyata pungutan sebesar Rp 800 ribu bagi yang mampu, dan Rp 600 ribu sampai Rp 300 ribu bagi yang tidak mampu di gunakan untuk uang gedung, “Itu sebenarnya untuk uang gedung, dan biaya untuk multimedia hanya untuk pengalihan saja” kata sumber.
Itu hanyalah beberapa walimurid yang ditemui hapra indonesia, masih banyak walimurid yang lain menjerit dan pihak SMAN 1 Papar tidak peduli. Sikap Kasek Tamsyis yang tidak mau menemui para walimurid patut di pertanyakan selain sebagai pendidik, Tamsyis adalah orang senior di lingkup pendidikan, pasalnya dirinya pernah menjabat kepala bidang TK/SD .
Sementara itu pihak Disdikpora Kabupaten Kediri ,Darmadi sebagai kabid SMP/SMA belum melakukan tindakan , padahal Darmadi sudah mengetahui kasus ini, dan ketika itu saat di konfirmasi terkait “pungutan”SMAN 1 Papar mengatakan bahwa semua yang bersinggungan dengan pungutan dan semacamnya telah diatur di Permendiknas no 44 tahun 2012 , “Siswa miskin di bebaskan dari segala tarikan yang tidak dianggarkan di APBN” Kata Darmadi.
“Siswa miskin tidak boleh di tarik bahkan di kasih BSM, dan kasek harus memberi SK pembebasan dari pungutan ” tambahnya. Seperti yang di muat oleh Portal Hapra Indonesia.co dan Koran Hapra Indonesia, berdalih atau berlindung di balik rapat komite pihak sekolah SMAN 1 papar, yang tertuang dalam usul rapat komite pihak SMAN 1 Papar melakukan pungutan sebesar Rp 800 ribu persiswa kepada siswa kelas 1 yang berjumlah 220 siswa.
Dalih pungutan tersebut adalah untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar, Menurut pihak komite dari SMAN 1 dana yang bila di estimasi kan senilai hampir Rp 150 juta tersebut untuk pengadaan perlengkapan server, Lcd 6 unit, CPU dan monitor 3 unit , dan perlengkapan aksesoris komputer. Yang ironis menurut penelusuran hapra Indonesia dari berbagai sumber telah terjadi unsur tekanan dan bahkan pengancaman yang di lakukan oleh pihak SMKN 1 papar.
Seperti yang di ungkapkan oleh sumber bila sampai batas waktu yang di tentukan oleh pihak sekolah belum bisa membayar, maka siswa tersebut tidak di beri seragam, bahkan tidak boleh ikut ujian/kenaikan kelas.
Para walimurid apalagi yang tidak mampu menjadi kelabakan dan ada beberapa walimurid berusaha menemui langsung ke kasek SMAN 1 Papar, namun karena Kasek menolak menerima maka oleh pihak sekolah wali murid tersebut diarahkan ke BK (Bimbingan Konseling). Menurut sumber Siswa murid yang tidak mampu, akhirnya mendapat keringanan Rp 600 ribu, dan Rp 300 ribu. Dan siswa yang tidak mampu alias miskinpun “tanpa ampun” wajib membayar Rp 300 ribu .
Kasek SMAN 1 Papar M Tamyiz ketika di konfirmasi melalui ponselnya, membantah,”Sudah kita turunkan mas, jadi Rp 600 ribu dan Rp 300 ribu” katanya ponselnya. Kemudian melalui pesan singkatnya kasek Tamyiz membantah dan malah meminta data siswa miskinnya. Kabag Humas dan Protokoler Pemkab Kediri Haris Setiawan belum bisa di konfirmasi karena tidak ada balasan saat di kirimi pesan singkat.(Pras/Cahyo)
Keterangan Gambar : Foto UPTD SMA N 1 Papar Kabupaten Kediri