Foto: Taurus/HI |
Mojokerto, hapraindonesia.co – USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (USAID APIK), bersama Kelompok Siaga Bencana Desa Kalikatir, Dilem, dan Begaganlimo Kecamatan Gondang, meresmikan sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) banjir berbasis komunitas yang dipasang di sekitar Sungai Klorak.
Dengan dukungan dan kerjasama Pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), alat pendeteksi tersebut nantinya akan memberikan informasi curah hujan dan ketinggian air sungai, sehingga dapat dilakukan tindakan.
Wakil Bupati Mojokerto, Pungkasiadi, dalam peresmian ini mengucapkan terimakasih atas seluruh bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) dari semua pemangku kepentingan, baik dari instansi daerah maupun swasta.
“Kami ucapkan terimakasih pada PT Wavin dan PT. Multi Bintang Indonesia, atas bantuan pipa sepanjang kurang lebih 3.100 meter. Juga kepada PMI Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Mojokerto atas pasokan air bersih. Serta USAID APIK atas pemberian peralatan EWS. Semoga dengan terpasangnya sistem peringatan dini ini, dampak serius atas kejadian banjir bandang seperti pada 26 Maret 2017 lalu di Desa Dilem, Begaganlimo dan Kalikatir, bisa dihindari dengan melakukan tindakan ,” kata wabup, Rabu (5/12) pagi.
Adapun peralatan yang dipasang antara lain Automatic Rain Gauge (ARG) untuk mengukur curah hujan, Automatic Water Level Recorder (AWLR) untuk mengukur tinggi muka air, dan sirine tanda bahaya. Sensor pada ARG dan AWLR merekam data sekitar, mengirimnya ke gateway menggunakan teknologi Long Range (Lo-Ra) dimana data akan diolah dan dianalisa untuk menghasilkan tiga tingkatan status bencana: Waspada, Siaga, dan Awas.
Sistem peringatan dini berbasis masyarakat ini pun, memerlukan beberapa komponen syarat agar sistem dapat berjalan efektif. Yakni pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap resiko, pemantauan terhadap bahaya dan peringatan, penyebarluasan peringatan, dan kemampuan masyarakat dalam merespon peringatan tersebut.
Direktur USAID APIK, Paul Jefry, mengatakan dalam sambutannya bahwa kemampuan masyarakat dalam merespon pesan peringatan dini menjadi kunci keberhasilan. Hal ini juga harus diikuti dengan aksi dini yang juga tepat.
“Sebuah SOP untuk aksi dini masyarakat sudah dikembangkan dan diujicobakan secara terbatas dalam bentuk simulasi ruangan (Table Top Exercise). SOP tersebut diujicobakan untuk memastikan bahwa masyarakat benar-benar menyesuaikan tindakannya dengan benar. Simulasi ini juga menjadi sebuah latihan menghadapi musim hujan yang diprediksi akan mencapai puncaknya pada Januari-Maret 2019,” kata Paul.
(T@urus)